Resensi Novel – Sang Pemimpi (Andrea Hirata)
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Jenis Buku : Fiksi
Penerbit : Bentang
Cetakan I : Juli 2006
Tebal : X+292 halaman
Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Buku ini menceritakan kisah kehidupannya di Pulau belitong yang dililit
kemiskinan. Namun ada tiga remaja SMA Bukan Main yang bermimpi untuk
melanjutkan sekolah hingga ke Perancis menjelajah Eropa hingga ke
Afrika. Ikal, Arai dan Jimbron, mereka adalah para pemimpi-pemimpi itu.
Pada bab pertama buku ini, Andrea menceritakan bahwa dirinya yang
dipanggil Ikal dan kedua temannya, Arai dan Jimbron adalah tiga remaja
yang begitu nakalnya sehingga mereka sangat dibenci oleh Pak Mustar,
tokoh antagonis dalam buku ini, yaitu seorang Wakil Kepala SMA Bukan
Main itu sendiri. Namun beda halnya dengan sang Kepala Sekolah, Pak
Balia adalah cermin guru teladan. Pak Beliau lah yang telah memberikan
mimpi-mimpi kepada murid-muridnya terutama kepada Ikal, Arai dan
Jimbron. “ Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis.
Temukan berliannya budaya sampai ke Perancis. Langkahkan kakimu di atas
altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak
Satre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar
science, sastra, dan seni hingga merubah peradaban…”, itulah kata-kata
yang sering diucapkan Pak Balia. Pak Balia juga orang yang tegas, hal
ini dibuktikan ketika beliau mandapat Pak Mustar yang menginginkan
anaknya dengan NEM 41,75 untuk masuk ke SMA itu, padahal NEM minimal
untuk diterimanya seorang siswa harus 42. Padahal tanpa Pak Mustar, SMA
ani tidak akan ada.
Namun pada bab-bab berikutnya pembaca akan melihat potongan-potongan
kisah yang seperti berdiri sendiri, sehingga seolah-olah Andrea hanya
membuat cerpen-cerpen dalam satu buku. Tapi sebenarnya pada setiap bab,
mulai awal hingga akhir, memiliki hubungan yang sangat erat. Seperti
mozaik-mozaik dalam kehidupan.
Menurut buku ini, Arai adalah anak yang menurut orang melayu disebut
simpai keramat, yaitu keturunan terakhir dari suatu klan karena orang
tua Arai sudah meninggal. Arai mulai diasuh keluarga Ikal yang karena
memang masih punya hubungan darah yang cukup jauh. Ketika itu dia masih
seusia Ikal yaitu kelas 3 SD di suatu sore yang mengiriskan hati.
Bagaimana tidak, usia semuda itu sudah menerima nasib setragis itu,
apalagi dia menerimanya dengan tabah. Sampai-sampai Ikal dan ayahnya
tidak kuat menahan tangis, malahan Ikal yang seharusnya menghibur Arai
malah dihibur oleh Arai.
Arai menurut Ikal adalah anak yang memiliki karisma apalagi di
matanya, mungkin itu sebagai kompensasi karena nasibnya. Ia juga
memiliki hati yang lembut, suka menolong tanpa banyak bicara, sering
memberi kejutan, idenya selalu nyeleneh, dia adalah seniman sehari-hari
tapi ia tak begitu rupawan tapi dia memiliki otak yang cerdas dan
selalu ingin tahu. Arai juga sering menolong Ikal dan selalu membesarkan
hatinya. Pernah dulu Ikal memakai model rambut belah tengahnya Koes
Plus dengan sangat konyol dan ditertawakan oleh abang-abangnya, tapi
Arai tetap membelanya. Bahkan Arai pernah memarahinya karenan kesalahan
Ikal sendiri. “Kita takkan pernah mendahului nasib!”, “Tanpa mimpi,
orang seperti kita akan mati…”, itulah kata-kata yang diucapkannya
kepada Ikal saat Ikal berhenti untuk bermimpi dan bercita-cita sehingga
nilainya merosot jauh.
Nasib Jimbron nyaris sama dengan Arai, malah lebih memprihatinkan.
Menurut Ikal, siapa saja yang melihat Jimbron akan merasa ingin
melindunginya, apalagi tahu jika ia gagap dalam berbicara. Tapi yang
paling tragis dari kisah Jimbron adalah ketika ia masih kecil. Pada saat
itu, beberapa waktu setelah ibunya meninggal, Jimbron di bonceng
ayahnya menggunakan sepeda. Di tengah jalan ayahnya tiba-tiba terkena
serangan jantung. Jimbron yang masih sangat kecil itu kebingungan
mencari pertolongan dan akhirnya diboncengnya sendiri ayahnya yang
sekarat itu ke puskesmas terdekat. Tapi beberapa saat setelah tiba di
Puskesmas, ayahnya meninggal. Mulai saat itulah Jimbron gagap dalam
berbicara.
Novel yang disajikan dengan bahasa yang cantik ini mampu menyihir
pembaca sehingga pembaca bias ikut merasakan kebahagiaan, semangat
keputusasaan dan kesedihan. Tapi selain itu buku ini memiliki
lelucon-lelucon yang tidak biasa, cerdas dan pasti akan membuat pembaca
tertawa. Dengan membaca buku ini Anda akan mengetahui bahwa Andrea
Hirata memiliki pribadi yang cerdas dalam mengolah kata-kata dan
memiliki wawasan yang sangat luas.
Meskipun disebut sebagai buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi,
tapi di buku ini nyaris tidak ada hubungannya dengan buku yang pertama,
Laskar Pelangi. Tapi Sang Pemimpi hanya menyebutkan kata Laskar Pelangi
hanya sekali disebut. Dan keponakan yang Ikal biayai saat di Jawa juga
tidak disebut sama sekali dalam buku ini, padahal di Novel sebelumnya
telah diceritakan dengan jelas.
Tapi dengan mengesampingkan beberapa kekurangan tadi, novel ini
benar-benar buku yang sangat dibutuhkan oleh remaja negeri ini. Karena
buku ini memberi motivasi, member mimpi pada anak-anak yang patah
semangat untuk sekolah dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu buku ini juga mengajarkan tentang ketidakmungkinan yang bisa
diwujudkan dengan kerja keras
With A Huge of Love
Graziella Ledysina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar